INFOKINI.ID, MAKASSAR – Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota (Pilwalkot) Makassar yang digelar pada 9 Desember 2020 mendatangkan, tinggal menyisakan sebulan lagi.
Empat pasangan calon (Paslon) Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar telah melakukan sosialisasi secara masif di masyarakat Makassar. Keempat pasangan itu masing-masing Mohammad Ramdhan “Danny” Pomanto-Fatmawati Rusdi (Adama), Munafri Arifuddin-Abdul Rahman Bando (Appi-Rahman), Syamsu Rizal-Fadli Ananda (Dilan), dan Irman Yasin Limpo-Andi Zunnun Armin NH,
Namun, dari empat kandidat paslon yang akan bertarung pada Pilwali Makassar tahun ini, terlihat rivalitas antara paslon nomor urut satu Adama dan paslon nomor urut dua Appi-Rahman sangat kuat pada Pilwalkot kali ini.
Bahkan, banyak yang menganggap bahwa Pilwalkot Makassar 2020 merupakan pertarungan jilid II antara Danny Pomanto dan Munafri Arifuddin.
Pengamat politik Universitas Islam Negri (UIN) Alauddin Makassar, Firdaus Muhammad mengatakan bahwa, rivalitas antara Appi-Danny karenakan pada Pilwalkot 2018 lalu.
“Rivalitas kedua kandidat ini satu teriliminasi dan satu yang maju tapi pada akhirnya kolom kosong yang menang,” kata Firdaus, kepada INFOKINI.ID, Senin (2/11/2020).
Pada Pilwalkot Makassar 2018 hanya ada dua paslon yang bertarung, yakni Danny Pomanto-Indira Mulyasari Paramastuti (DIAmi) dan Munafri Arifuddin-Andi Rachmatika Dewi (Appi-Cicu). Namun tidak menghasilkan pemimpin untuk Kota Makassar.
Paslon DIAmi yang memegang elektoral tertinggi dari berbagai lembaga survei saat itu harus diskualifikasi karena dianggap telah melanggar aturan yang berlaku. Dan hasilnya Appi-Cicu melawan kolom kosong.
Sementara, Appi-Cicu yang melawan kolom kosong juga harus menelan sejarah pahit, karena kolom kosong berhasil mengalahkan Appi-Cicu. Kolom kosong mendapatkan 300.795 (53%) suara dan Appi-Cicu meraih 264.245 (47%) suara pada Pilwalkot 2018 lalu.
Pilwalkot Makassar 2020 ini, kata Firdaus, ada upaya Danny untuk memenangkan karena memang mempunyai kans atau peluang, begitu juga yang dilakukan oleh Appi.
“Sehingga meskipun ini empat kandidat yang maju tetapi hasil survei memang yang mendominisa kedua pasangan ini,” tuturnya.
Sehingga sebut dia, rivalitas keduanya memperlihatkan bahwa lawan dari Danny itu adalah Appi, bukan Dilan maupun Imun. Begitu juga sebaliknya, Appi lawannya bukan Dilan dan Imun.
“Ini menunjukkan bahwa kedua pasangan ini bersaing ketat, artinya ada peluang. Beda kalau dari hasil survei ada yang urutan ke empat mi mungkin tidak terlalu keras,” ucap Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin ini.
Selain itu, lanjutnya, ini juga tidak terlepas dari tokoh-tokoh di belakang dari paslon ini, ditambah lagi istilah ‘ini harga diri, siri’. Jadi ada upaya Danny untuk menang, begitu juga pak Appi. Dan terlihat Appi ini lebih serius dibanding dengan Pilwalkot 2018 lalu.
“Jadi coba kalau dahulu Appi menurunkan semua itu, ada sinyal dari pak JK ada mi Erwin yang turun adami Pak Aksa, yang lalu kan tidak kelihatan. Justru dulu power ada di Cicu, Cicu yang kuat,” Tandasnya.
“Tapi rivalitasnya jauh lebih berat, dulu kan melawan kolom kosong mungkin tidak memperkirakan seperti itu. Nah sekarang ini lawannya ada tiga,” sambung Firdaus.
Hasil survei, Adama lebih unggul dari Appi-Rahman.
Ia juga mengungkapkan bahwa, hasil survei itu relatif, namun bukan berarti mengabaikan, tetapi juga tidak menjadi rujukan sepenunhnya. Karena menurut dia, hasil survei dari beberapa lembaga survei itu bisa dijadikan tolokukur untuk meningkatkan strartegi untuk kemenangan.
“Jadi, jangan juga terpengaruh dengan survei, tetapi survei itu elektoral makanya semua kandidat, termasuk pak Danny dan Appi harus lebih maksimalkan pergerakannya, jangan tergoda dengan hasil survei,” jelasnya.
Begitu juga ucap dia, dengan paslon nomor urut 3 dan nomor 4 harus terus memantapkan strategi. “Tapi bagi saya ini justru menjadi ajang untuk mereka memperbaiki strategi politiknya,” pungkasnya. (Muh. Saddam)
















