Bantah Beli Pulau Lantigian, Asdianti: Saya Beli Lahan Kebun

Direktur utama PT Selayar Mandiri Utama, Asdianti Baso.

INFOKINI.ID, MAKASSAR – Direktur Utama PT Selayar Mandiri Utama Asdianti Baso membantah telah membeli Pulau Lantigian, sebuah pulau yang masuk dalam wilayah Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan.

Ia mengatakan dirinya tidak membeli pulau tersebut, namun lahan kebun kelapa yang notabene milik masyarakat bernama Syamsu Alam.

Berdasarkan surat kepemilikan kalau Syamsu Alam sudah mengolah lahan tersebut sejak 1947 silam tinggal di Lantigian bersama keluarganya.

“Saya membeli lahan kebun itu dengan harga Rp900 juta namun masih saya panjar Rp10 juta hingga keluar izin untuk membangun resort disana, tujuan saya untuk membangun water bungalows di tempat kelahiran saya yaitu Selayar,” ujarnya di Hotel Melia Makassar, Rabu (3/2/2021).

Lantigian sendiri terletak agak jauh dari dermaga, jika menggunakan speed booth memakan waktu sekira 90 menit. Namun, jika menggunakan kapal ikan sekira 4 jam, dan jika pulang pergi memakan waktu 8 jam.

Lantigian adalah pulau yang tak berpenghuni saat ini karena tidak adanya air tawar dan listrik yang memungkinkan penduduk tinggal disana.

Melihat kondisi itu, Asdianti yang selama 21 tahun stay di pulau Bali dan bersuamikan pria asal Itali merasa berminat untuk mengembangkan pariwisata tanah kelahirannya.

Untuk itu, Ia pun memantau potensi pulau yang bisa dia bangun resort (bungalows). Akhirnya mentok pada pulau Lantigian yang masuk dalam zona pemanfaatan, artinya lokasi pulau tersebut dapat dikelola untuk masyarakat atau investor yang ingin mengembangkan sekaligus merawat pulau tersebut.

Dian sebutan akrabnya itu, membeli lahan tersebut karena ada dasar surat kepemilikan dan didukung oleh Balai Taman Nasional Takabonerate. Akan tetapi, belakangan ini, ia menggugat Balai dengan mengaduan masalah tersebut pada PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara).

“Ini ada apa kok tiba-tiba berubah, tentunya jadi pertanyaan bagi saya. Untuk itulah saya mengadukan masalah ini ke PTUN, akhirnya saya menang di PTUN. Timbullah statement yang menyudutkan saya di sejumlah media bahkan sampai ke Mapolda Sulsel kalau saya membeli pulau, padahal tidak seperti itu faktanya,” jelasnya.

Ia menyebutkan jika faktanya juga dari hasil kemenangannya dalam menggugat Balai, maka terbitlah izin lokasi, pertimbangan teknis, izin usaha, dan izin prinsip atas nama perusahaan Asdianti Baso yakni PT Selayar Mandiri Utama.

Namun, menurutnya, belum bisa membangun karena harus izin ke Kementrian Lingkungan Hidup untuk izin Amdal sambil menunggu sertifikat agar segera keluar izin membangun dari pihak perizinan.

“Saya kira ini niat baik saya untuk membangun Selayar, namun saya pernah meminta untuk menerbitkan Izin membangun Sarana Pariwisata Alam bulan Juni 2020, dan meminta pertimbangan teknis sejak dua tahun lalu, untuk tanah saya di area Latoundu Besar pada tahun 2017. Namun, lagi-lagi ditolak BPN untuk mengeluarkan sertifikat entah apa sebabnya, salah satunya karena berada di dalam kawasan,” tuturnya.

Karena ditolak di Latoundu akhirnya dia cari tempat dan ditunjuk ke Lantigian oleh Balai sendiri. Akan tetapi, kata Dian, kenapa bermasalah lagi padahal kawasan tersebut masuk dalam kawasan zona pemanfaatan yang nantinya zona ini harus ada persetujuan dari DPR dan tanda tangan kementerian.

Diketahui juga sebelum ia membeli lahan, dia sudah pernah ke Balai Taman Nasional Taka Bonerate di tahun 2017 untuk berkonsultasi dimana pihak Balai sendiri menyarankan untuk membangun pada Zona Pemanfaatan, karena di dalam Kawasan terdapat zona-zona yang berbeda. Dimana ada zona inti yang tidak bisa di bangun sama sekali.

“Karena pihak Balai waktu itu menyarankan Lantigian, pulau Belang-belang dan pulau lain tapi saya tertarik hanya Lantigian dan Latondu Besar,” paparnya.

Dia juga menjelaskan bahwa dirinya tidak akan merusak ekosistem laut yang ada di sana.

“Saya bukan mau merusak disana tapi mengembangkan, dimana pelanggarannya? Saya ingin membangun pariwisata Selayar agar dilirik dunia seperti Bali, saya tidak akan merusak lingkungan, justru merawat lingkungan. Kita pelihara semua habitat di sekelilingnya. Dan memperindah yah seperti Ohen Resort yang ada di Selayar punya orang Jerman yang tinggal di Selayar itu dia rawat semua terumbu karang dan ikan-ikan disana. Dan ini yang menarik wisatawan nantinya,” pungkasnya.

Nurhidaya/B

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *