INFOKINI.ID, LUWU UTARA – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Luwu Utara langsung bergerak cepat melakukan proses assesment terhadap banjir di Desa Waelawi, Kecamatan Malangke Barat (Malbar) yang terjadi pada 5 – 9 September 2021 lalu.
Banjir ini mengakibatkan 265 kepala keluarga (KK) terkena dampak banjir di dua dusun, yaitu masing-masing Dusun Waelawi (162 kk/579 jiwa), dan Dusun Labecce (103 kk/403 jiwa).
Selain itu, terdapat 200 unit rumah tergenang banjir, 20 ha sawah terdampak, kebun campuran (100 ha), dan tambak (583 ha).
Sementara bangunan infrastruktur yang kena dampak, yaitu 5 unit kios/warung/usaha lain, Kantor Desa (1), Pustu/Posyandu (1), SD (1), PAUD (1), dan Masjid 1 unit.
Terdapat pula 2 unit tambatan perahu penyeberangan yang rusak. Beruntung, kejadian banjir tidak menimbulkan korban jiwa, dan tidak ada warga mengungsi.
Kepala BPBD Luwu Utara, Muslim Muhtar, mengatakan bahwa Pemda Luwu Utara melalui BPBD bersama unsur Forkopimcam terus berupaya melakukan upaya-upaya penanganan banjir.
Selain melakukan proses assesment guna mengetahui jumlah kerusakan pasca-banjir, pihaknya juga memberikan bantua logistik berupa sembako dan bantuan lainnya untuk mengurangi beban warga yang terdampak langsung dari banjir tersebut.
“Mengingat kondisi masyarakat yang telah terdampak banjir kurang lebih 15 hari akibat banjir pada pertengahan Agustus sampai dengan banjir susulan sampai saat ini, maka dibutuhkan bantuan paket logistik/sembako untuk korban terdampak banjir tersebut,” kata Muslim.
Ia berharap, Pemerintah Desa Waelawi dan Pemerintah Desa tetangga lainnya harus bersinergi, dan berkolaborasi dalam menemukan solusi atas problem banjir tersebut.
“Pemerintah Desa Waelawi mengharapkan ada solusi dan koordinasi yang tepat dengan beberapa desa tetangga terdampak dalam upaya normalisasi aliran anak sungai Rongkong di bagian hilir,” sebut Muslim.
Solusi itu, kata dia, melakukan normalisasi aliran sungai To’katapi dari arah desa Cenning yang bermuara di desa Waelawi, normalisasi aliran sungai Lasori dari arah dusun Wellang Pellang desa Pombakka yang bermuara di dusun Lamiko-miko Waelawi yang mengalami pendangkalan/sedimentasi.
“Hal lain yang juga mesti dilakukan adalah normalisasi jalur perahu di dusun Lamiko-miko akibat tingginya sedimen demi kelancaran transportasi nelayan di muara sungai Rongkong dan percepatan arus untuk mengurangi volume air saat banjir di desa Waelawi,” sebut Muslim lagi.
Seperti diketahui, banjir terjadi karena tingginya curah hujan di hulu sungai Rongkong lima hari terakhir menyebabkan debit air sungai naik, sehingga terjadi banjir di Waelawi.
Penyebab lainnya berdasarkan assesment yang dilakukan Tim Assesment BPBD yang terdiri dari Mujahid, Abbas dan Alam ini adalah tingginya sedimentasi di muara sungai Rongkong pasca-banjir bandang menyebabkan lambatnya sistem sirkulasi arus sungai dan pola pasang surut air laut yang terhalang sedimen.
“Hal ini bisa diamati pada perlambatan arus sungai Rongkong di muara dusun Lamiko-lamiko desa Waelawi, Malangke Barat,” ungkap Muslim.
Masih Muslim, pada Jumat 10 September sore kemarin, telah disalurkan bantuan beras dari Dinas Sosial, bersama BPBD, Tagana, Kades dan Kadus setempat, dengan sasaran 813 jiwa di Desa Waelawi berupa 3.252 kg beras dan Desa Cenning sebanyak 5.728 kg beras.
Kondisi terkini di Waelawi, air belum surut, dan masih menggenangi sebagian wilayah pemukiman warga. Ketinggian air 40 cm – 80 cm maksimum pada 9 September 2021 jam 13.00 wita.
“Kondisi saat ini masih fleksibel, bergantung pada curah hujan di bagian hulu dan pola pasang surut air laut di muara sungai Rongkong di dusun Lamiko- miko. Tingginya level air banjir dari arah sungai To’katapi desa Cenning yang bermuara di desa Waelawi juga sangat memengaruhi level air banjir di pemukiman warga, sehingga kondisinya memang masih fleksibel,” tandas mantan Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM ini.
















