INFOKINI.ID, MAKASSAR – Majunya perekonomian di Indonesia tentu juga dipengaruhi oleh pertumbuhan pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM). Untuk itu badan layanan umum Pusat Investasi Pemerintah (PIP) Ultra Mikro (UMi) yang kemudian memiliki tugas untuk memberikan pembiayaan kepada usaha ultra mikro yang bisa diakses oleh lembaga non bank menghadirkan Rumah UMi di Makassar.
Program UMi bertujuan untuk memberikan pembiayaan yang mudah dan cepat bagi usaha ultra mikro, menambah jumlah wirausaha yang mendapat bantuan pembiayaan dari pemerintah dan menjadi jembatan bagi usaha mikro penerima bantuan sosial untuk naik kelas dan dapat mengakses pembiayaan.
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Sulsel, Syaiful mengatakan Rumah UMi merupakan inovasi KPPN Makassar untuk memberikan informasi kepada UMKM dan juga sebagai tempat promosi.
Menurutnya, pola penyaluran UMi bisa secara langsung dan tidak langsung. Pola langsung yaitu penyalur menyalurkan pembiayaan secara langsung ke debitur, sedangkan pola tidak langsung penyalur menyalurkan pembiayaan melalului lembaga linkage (koperasi dan kelompok).
“Syarat yang berhak memperoleh pembiayaan UMi yaitu usaha ultra mikro yang memiliki tanda pengenal dibuktikan dengan NIK elektronik dan tidak sedang menerima fasilitas pembiayaan pemerintah yang tercatat di Sistem Informasi Kredit Program (SIKP),” ujangnya.
Sementara Kepala KPPN Makassar, Saor Silitonga berharap Rumah UMi sebagai inovasi aplikatif Peraturan Menteri Keuangan nomor 93/PMK.05/2020 tentang Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) ini, dapat menjadi bagian pengelolaan keuangan negara yang dapat meningkatkan perekonomian nasional, dengan melahirkan para wirausaha baru khususnya di Makassar.
“Masyarakat boleh datang langsung ke Kantor KPPN Makassar 1 dan kami akan layani dan arahkan untuk mendapatkan Program Rumah UMi,” tambah Saor Silitonga di Kantor KPPN Makassar 1, Jalan Selamet Riyadi.
Dikutip dari laman kemenkeu.go.id, Direktur Utama Pusat Investasi Pemerintah (PIP), Ririn Kadariyah menyampaikan PIP adalah koordinator pendanaan di bidang pembiayaan ultra mikro dengan syarat-syarat yang lebih ringan dibandingkan dengan pembiayaan dari perbankan.
“Jadi untuk yang masih unbankable, dengan nama Pembiayaan Ultra Mikro (UMi). Kami menyalurkan Pembiayaan UMi melalui LKBB, termasuk koperasi. Harapan kami makin banyak koperasi yang bergabung sebagai penyalur UMi. Sehingga makin banyak pula pelaku usaha mikro yang dapat memperoleh manfaat pembiayaan dari pemerintah,” jelasnya.
Kata dia, mulai tahun 2021 dengan adanya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 193 tahun 2020, PIP bisa menyalurkan pembiayaan UMi melalui koperasi secara langsung sehingga sekarang jalurnya lebih singkat. “Ini sebuah peluang untuk menyalurkan pembiayaan UMi kepada sebanyak mungkin masyarakat,” katanya.
Ririn menyebutkan, di Indonesia jumlah pelaku usaha yang skalanya ultra mikro sangat besar. Total pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Tanah Air ada sekitar 64 jutaan, dan sekitar 44 jutanya adalah usaha ultra mikro. Artinya, ketika kesejahteraan usaha ultra mikro ini meningkat akan berdampak pada tingkat produk domestik bruto (PDB) yang lebih besar. Selain itu juga akan mampu menyerap tenaga kerja yang lebih besar lagi.
Kondisi pandemi Covid-19 saat ini membuat banyak masyarakat kehilangan pekerjaan. Dari menjadi pekerja, kini beralih menjadi pelaku usaha. “Ini yang harus difasilitasi. Khusus untuk tahun 2021 saja kami ditargetkan menjangkau 1,8 juta pelaku usaha mikro. Harapannya lebih banyak lagi masyarakat yang bisa mendapatkan permodalan tambahan untuk usahanya,” sebut Ririn.
Ia menambahkan, selain menyalurkan pembiayaan, PIP juga membantu pendampingan yang dilakukan oleh penyalur UMi. “Kami bukan hanya menjawab masalah permodalan juga meningkatkan keterampilan pelaku usaha mikro serta dibantu pemasarannya,” imbuhnya.
Salah satu pelaku usaha penerima pembiayaan UMi, Dian Megawati dg Rannu yang menjual Putu cangkir mengaku merasakan manfaat dari UMi.
“Ekonomi kami dulu pas-pasan. Lalu terpikir bagaimana kalau ada usaha di rumah, jadi kami coba-coba bikin Putu berbekal modal Rp100 ribu kala itu. Alhamdulillah permintaan banyak, namun untuk memenuhi permintaan kami terkendala di modal. Kebetulan adik ipar saya usul mengajukan bantuan pinjaman dari UMi. Saya sangat terbantu dengan adanya bantuan dari UMi. Kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah bisa terbantu, saya juga bisa memperluas dan memperbesar usaha,” ungkapnya.
Selanjutnya Ketua Kelompok UKM di Makassar, Dini mengatakan keberadaan rumah UMi ini sangat membantunya dan anggotanya untuk mengakses modal dan juga mendapatkan pendampingan. “Kami sangat bersyukur pusat investasi pemerintah melalui program UMi ini sangat membantu kami,” ujarnya.
Hampir Gulung Tikar, Berkat UMi Kini Omzetnya Meningkat

Dalam laporannya Pembiayaan Ultra Mikro sampai dengan Semester II 2022 (31 Desember 2021) telah disalurkan kepada 5.398.269 debitur dengan nilai penyaluran sebesar lebih dari Rp 18 triliun. Terdapat beberapa lembaga penyalur pembiayaan UMi salah satunya PT Permodalan Nasional Madani.
Salah satu nasabah yang menerima pembiyaan PT PNM adalah Suarti pemilik warung kelontong di Kabupaten Takalar, Suarti menyebutkan bahwa ketika pandemi usahanya hampir saja gulung tikar karena kesulitan mendapatkan modal usaha.
“Diawal pandemi toko saya itu kehabisan stok karena uang tidak berputar, mau stok barang lagi tapikan itu butuh modal. Tapi alhamdulillah Ketemulah sama adek-adek PNM Galesong. Saya dibantu dapat waktu itu dua juta, tanpa jaminan,” ungkap Suarti.
Suarti merupakan satu dari jutaan pelaku usaha yang menerima manfaat dari badan layanan umum PIP UMi. Faktanya bagi pelaku usaha ultra mikro modal yang diberikan merupakan bentuk dari bantuan yang bisa menyambung untuk berjalannya usaha.
Terdapat hal lain yang kemudian perlu diketahui, yaitu PIP UMi tidak hanya memberikan pembiayaan dalam bentuk modal namun juga berbagai pembinaan rutin. Termasuk dalam pelatihan berjualan di marketplace, serta melalukan promosi secara digital.
Suarti mengatakan karena penjualan toko kelontongnya habis di utang oleh tetangganya, ditengah pandemi dia mulai banting setir tak menjual lagi sembako namun beralih menjual masker, Hand sanitizer dan beberapa produk yang dibutuhkan ditengah pandemi.
“Saat dapat modal saya tidak lagi menjual sembako karena habis di utang oleh tetangga sekarang saya menjual alat-alat kesehatan, sambil belajar menjualnya di marketplace, enak sekali dibiayai oleh UMi juga dapat pendampingan,” ujarnya.
Suarti sangat berterima kasih dengan adanya penyaluran dana dari UMi kini omzetnya semakin meningkat. “Kalau dulu waktu masih menjual sembako dengan keuntungan Rp500/pcs jualannya, setiap bulan uang bulanan dari suami itu habis digunakan untuk membeli stok barang lagi, bukan dapat untung tapi hanya dapat rugi dan capek. Kini dengan jualan offline dan online omzet saya rata-rata diangka 10 jutaan perbulan bahkan lebih,” katanya.
















