INFOKINI.ID, MAKASSAR – Study Club Eleftheria Politic Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar menggelar sekolah politik progresif, di Ruang Teater, Jl. Sultan Alauddin, Kamis (06/10/2022).
Sekolah politik yang berlangsung hingga Sabtu (08/10/2022) ini mengangkat tema “Mewujudkan mahasiswa peduli politik ditengah apatisme yang membumi”.
Dosen ilmu politik sekaligus pembina elftheria politic, H Febrianto Syam SIP MIP menuturkan, dalam sekolah politik progresif mahasiswa harus bisa banyak berfikir tentang konsep kedepannya.
“Teman-teman studi club harus melihat kajian baru yang faktual,” tuturnya.
Materi pertama dalam kegiatan ini ada sejarah perkembangan ilmu politik yang dibawakan oleh Ketua Prodi Ilmu Politik, Syarier Karim Phd.
Syarier menuturkan, perkembangan ilmu politik di Indonesia sudah memiliki progres yang bagus.
“Banyak ilmuan Indonesia yang sudah bertaraf internasional, mereka sudah kredibel berbicara konteks politik,” ujarnya.
Selain itu, tambah Syarier, di Indonesia ada banyak orang luar negeri membincangkan bagaimana konsep demokrasi yang terbaru di Indonesia, dan secara prosedural konsep mekanisme politik Indonesia sangat maju.
Ketua Umum Study Club, Andi Muhammad Rifki Haikal menuturkan, pemberian nama komunitas “Eleftheria” dalam bahasa Yunani memiliki arti kebebasan dalam berpolitik.
“Kita berusaha menjelaskan di masyarakat kalau politik bukan hanya pilkada tapi lebih luas,” ujar Rifki.
Studi Club Elftheria juga bersifat independen, yang artinya ada kebebasan mencari ruang dan peluang untuk mengasah potensi diri.
Rifki mengatakan, sekolah politik progresif adalah program kerja dari komunitas elftheria, yang bertujuan untuk membuang stigma-stigma dalam masyarakat tentang politik uang.
Hadirnya sekolah politik ini sangat luas seperti dalam bidang ekonomi, ekologi, maupun mengenai hukum.
Sementara, Ketua Prodi Ilmu Politik, Syarier Karim Phd berharap sekolah seperti ini merupakan sebuah tradisi intelektual yang harus terus dipupuk, supaya mahasiswa terasah dan termotivasi untuk terus belajar berdiskusi.
“Bagaimanapun juga mereka ini adalah pemegang tongkat estafet kepemimpinan masyarakat,” pesannya.
Citizen Reporter: Muh. Wahyu Ashari Hasan (Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Alauddin)
















