Oleh: Nike Dwi Putri, M.Si
(Statistisi BPS Provinsi Sulawesi Selatan)
DUA tahun sudah pandemi Covid melanda dan saat ini sedang dalam proses transisi menuju endemi. Pandemi ini telah mengubah tatanan kehidupan bermasyarakat secara global. Hal ini berdampak buruk pada kondisi sosial ekonomi termasuk Indonesia.
“Apakah Indonesia dapat bangkit pasca pandemi?” Berikut kaleidoskop beberapa indikator strategis nasional.
Pertumbuhan Ekonomi
Pembatasan aktivitas masyarakat akibat pandemi mempengaruhi distribusi barang dan jasa. Hal ini tercermin pada pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan II tahun 2020 yang mengalami kontraksi sebesar 2,07 persen.
Namun, berkat upaya pengendalian terhadap Covid-19, peningkatan investasi dan pemberdayaan UMKM berangsur-angsur menggeliatkan sektor perekonomian.
BPS merilis bahwa pada tahun 2021 perekonomian tumbuh sebesar 3,69 persen. Bahkan hingga triwulan III tahun 2022 pertumbuhan ekonomi menunjukkan progress yang positif dibandingkan triwulan III tahun 2021 sebesar 5,72 persen.
Pengangguran
Dikarenakan terjadinya perlambatan aktivitas ekonomi, maka hal ini berdampak pada penurunan peluang kesempatan kerja dan meningkatnya jumlah pekerja yang dirumahkan atau mengalami pemutusan hubungan kerja.
BPS merilis bahwa terjadi peningkatan pada tingkat pengangguran terbuka sebesar 1,84 poin menjadi 7,07 persen pada Agustus 2020.
Seiring dengan pemulihan ekonomi, lapangan usaha di sektor tersier dan sektor informal mampu menyerap tenaga kerja kembali yang berimbas pada menurunnya tingkat pengangguran sebesar 6,49 persen pada Agustus 2021.
Seiring waktu, penurunan angka pengangguran kembali terjadi hingga berada pada persentase 5,86 persen di Agustus 2022.
Kemiskinan
Dengan berkurang atau menghilangnya pendapatan masyarakat akibat pandemi, berpengaruh pada meningkatnya angka kemiskinan. Berdasarkan perspektif hak asasi manusia, kemiskinan diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar.
Pandemi menjadikan penduduk rentan miskin yang berada di sekitar atau sedikit di atas garis kemiskinan menjadi miskin. Hal ini disebabkan masyarakat golongan tersebut mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
Kondisi ini diperkuat dengan data yang dirilis oleh BPS yang menyebutkan, pada tahun 2020 persentase penduduk miskin meningkat menjadi 9,78 persen dan berlanjut hingga Maret 2021 sebesar 10,14 persen.
Upaya penyaluran bantuan sosial selama pandemi memberikan hasil pada penurunan persentase penduduk miskin menjadi 9,54 persen pada Maret 2022. Pengendalian pandemi yang komprehensif menjadi fokus pemerintah dalam upaya memulihkan kondisi sosial ekonomi.
Berdasarkan tren indikator strategis tersebut, ketiganya secara berkesinambungan mempengaruhi pemulihan kondisi sosial ekonomi global termasuk Indonesia.
Hal ini mengindikasikan bahwa kita patut untuk tetap optimis dan bangkit pasca pandemi melalui kolaborasi dan partispasi aktif dari seluruh stakeholder maupun masyarakat. Dengan demikian dapat menjadi harapan bersama agar Indonesia dapat terus tumbuh. Semoga… (*)
















