INFOKINI.ID, GOWA– Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan dinilai sebagai kepala daerah yang agresif dalam membangun dan memajukan wilayahnya. Di periode kedua ini, putra mendiang mantan Bupati Gowa, Ichsan Yasin Limpo ini, membuka pintu investasi sebanyak-banyaknya di Kabupaten Gowa. Salah satunya adalah pembangunan sentra pengembangan sapi perah dan produk olahannya di Desa Tonasa, Kecamatan Tombolopao, Kabupaten Gowa.
Investasi ini, merupakan kerjasama antara Pemkab Gowa dan PT Cisarua Mountain Dairy (Cimory), dan Kementerian Pertanian. Peletakan batu pertama sentra pengembangan sapi perah di Kecamatan Tombolopao, dilakukan Menteri Pertanian (Mentan) RI, Syahrul Yasin Limpo, Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan, Pangdam XIV/Hasanuddin, Mayjen TNI Andi Sumangerukka, dan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah, Selasa (16/3/2021).

Dalam kesempatan itu, Mentan menegaskan bahwa investasi dan kerjasama yang digalang oleh Pemkab Gowa adalah bukti keagresifan bupati. “Saya suka ini bupati. Bukan karena dia anakku. Sumpah ka’. Saya suka karena dia agresif dan dinamis. Saya ingin melihat, apa yang dia mau buat di periode keduanya ini. Jangan bangga dengan angka perolehan suara yang memilih sebanyak 92 persen lebih. Jangan bangga karena jumlah pemilih paling tinggi di Indonesia. Itu bukti kecintaan rakyat yang harus dibalas dengan pengabdian. Periode kedua itu bukanlah proses yang lebih mudah. Tetapi proses kedua, justru menuntut akselerasi yang lebih tinggi. Makanya saat dia bilang, bolehkah saya minta ini dan minta itu, sepanjang itu memungkinkan dan memang untuk rakyat, kenapa tidak?,” tegas mantan Gubernur Sulsel dua periode itu.
Syahrul juga mengungkapkan, bahwa keinginan Bupati Gowa untuk membuat sentra pengembangan sapi perah dan produk olahannya di Kabupaten Gowa memang sangat memungkinkan secara teknis, seperti lahan dan kesiapan lainnya. Terlebih saat ini menurut SYL, kebutuhan susu masyarakat Indonesia baru terpenuhi sekitar 22 persen dari kebutuhan 3,4 juta ton.
“Bupati sudah merencanakan dari hulu ke hilir program ini. Posisi Kementan bersama Dirjen Peternakan adalah mengasistensi dan melakukan back up. Kita berharap ini ke depan akan menjadi skala yang lebih besar, dengan bantuan berbagai pihak termasuk perbankan. Kita harus pahami, kebutuhan susu 70 persen hingga 80 persen masih berasal dari impor. Peluang ini yang harus kita manfaatkan untuk menguatkan kemampuan produksi susu sendiri. Dan Kementan terus memacu semuanya. Tak ada Dirjen yang libur. Bahkan di tengah pandemi ini, hanya pertanian yang berhadap-hadapan di lapangan,” jelas SYL.
Di kesempatan yang sama, Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan mengatakan, di tengah pandemi Covid-19 yang masih melanda Kabupaten Gowa dan Indonesia secara keseluruhan mengakibatkan perekonomian masyarakat terhambat, sehingga pemerintah Kabupaten Gowa terus berinovasi untuk menarik investasi masuk di Gowa. Salah satunya adalah dalam bentuk kerjasama ini.
“Hari ini kami patut berbangga karena pak menteri tdak pernah melupakan kampung halamannya. Apalagi di tengah pandemi ini perekonomian terhambat bahkan terhenti, kami yakin dengan masuknya Cimory di Gowa akan membawa berkah dan pendapatan yang baik bagi masyarakat kita,” katanya.
Progres yang sangat cepat ini diakui Adnan, karena terpacu target SYL selalu Mentan, yang ingin merasakan susu pada 17 Agustus mendatang. Kendati demikian Adnan menyebut, sebelum memberikan bantuan sapi perah ini kepada kelompok masyarakat, para peternak akan dilatih terlebih dahulu dengan memberangkatkan ke Cimory untuk belajar bagaimana memelihara sapi perah untuk mendapatkan kualitas susu yang baik. “Masyarakat ini akan dilatih di Pulau Jawa selama sebulan agar bisa mengetahui tentang sapi perah, pakannya dan lainnya agar sesuai dengan yang diinginkan dalam program ini,” ujar Adnan.
Terkait invetasi dan kerjasama, Dirut PT Cisarua Mountain Dairy (Cimory), Bambang Sutantio mengatakan, ternak bantuan dari Kementan ini benar-benar dimanfaatkan dan dikembangkan oleh masyarakat. Sehingga apa yang menjadi bagian dari kerjasama ini dapat terlaksanak.
“Saat ini Indonesia masih mengimpor susu dalam jumlah besar dari Australia. Di sini kemudian dijadikan bubuk dan diproses sebagai susu cair. Jadi nilai nutrisinya sebetulnya kurang bagus, karena dua kali dipanaskan. Pertama 140 derajat untuk jadi powder kemudian di pabrik dipanaskan lagi 130 derajat supaya jadi susu siap minum. Ini tentu nilai nutrisinya akan kalah dengan susu segar yang langsung diproduksi di pabrik. Peternakan sapi tak bisa lepas dari industri pengolahan. Karena susu segar umurnya hanya satu hari. Dalam kerjasama ini Cimory akan bertindak sebagai offtaker yang akan menampung susu dari peternakan yang dikekola oleh Kabupaten Gowa dengan Kementan. Jadi kami tidak terlibat dalam peternakannya. Tetapi kami akan melibatkan diri di dalam prosesingnya, yaitu produksi susu dan pemasarannya. Cimory akan memproduksi pabrik pengolahan susu sekaligus memasarkan di daerah dan Provini Sulsel,” papar Bambang.(*)
















