Dikukuhkan BAAS, Pangdam Hasanuddin: Kita Sama-sama Gas Poll

Pengukuhan Mayjen TNI Totok Imam Santoso dan Desi Totok Imam sebagai Bapak dan Bunda Asuh Anak Stunting (BAAS).(Foto:ist)

INFOKINI.ID, MAKASSAR– Pangdam XIV/Hasanuddin Mayjen TNI Totok Imam Santoso dan Ketua Persit Kartika Chandra Kirana PD XIV Hasanuddin, Desi Totok Imam Santoso dikukuhkan sebagai Bapak dan Bunda Asuh Anak Stunting  (BAAS). Pengukuhan orang nomor satu di Kodam Hasanuddin ini dilakukan Kepala Deputi Balitbang BKKBN Nasional, Muh Rizal Damanik, Selasa (13/9/2022) di Makassar.
Di kesempatan itu, pangdam menyebut amanah yang diberikan kepadanya akan  dilaksanakan dengan maksimal disertai komitmen dan harapan, semoga semua bisa tercapai sesuai yang ditargetkan. Bahkan pangdam juga mengatakan, pihaknya bersama jajaran Kodam Hasanuddin akan bersama-sama dalan melaksanakan komitmen dari amanah  ini. Bersama dengan pangdam, danrem dan Dandim di jajaran Kodam Hasanuddin juga dikukuhkan sebagai BAAS.

“Terima kasih atas kepercayaan ini. Kami dan seluruh jajaran Kodam Hasanuddin  akan berkomitmen kerja keras mendukung program pemerintah dan  mencapai standar minimal nasional 24,4 persen. Saat ini di wilayah Kodam Hasanuddin masih berada pada angka 27 persen. Ada 325 ribu lebih angka stunting di Sulsel dan 481 anak asuh. Semoga bisa menurunkan angka stunting seperti yang diharapkan. Masalah stunting bukan masalah kita sendiri tapi masalah nasional dan bahkan internasional. Sehingga penanganannya harus bersama-sama. Kami komitmen untuk laksanakan yang terbaik dengan memberdayakan potensi yang ada, sehingga target 2024 bisa tercapai. Bersama-sama kita gas poll,” jelas pangdam.

Sementara itu, Kepala Deputi Balitbang BKKBN Nasional, Muh Rizal Damanik menjabarkan, stunting merupakan gangguan tumbuh kembang (tumbang) bayi akibat kurang gizi secara kronis. Menurutnya, yang diganggu dalam tumbang tidak hanya perkembangan tulang tungkai kaki saja, tetapi seluruh organ tubuh. Hanya saja, pertumbuhan organ yang di dalam tubuh tidak kasat mata. Yang kasat mata hanya tulang tungkai kaki, yang seharusnya 60 sentimeter, karena kekurangan gizi hanya tumbang sepanjang 30 sentimeter saja. Sehingga anak stunting pasti pendek tapi pendek belum tentu stunting.

“Stunting adalah kondis terhambatnya pertumbuhan seluruh organ tubuh, baik yang kasat mata maupun yang tidak. Termasuk juga sel otak. itu disebabkan karena kurang asupan gizi secara kronis, dan itu dimulai sejak sel telur dibuahi. Proses stunting berjalan terus hingga lahir dan  bayi berusia 2 tahun. Perkembangan sel otak akan mempengaruhi pertumbuhan, yang akan berdampak pada kualitas SDM,” jelasnya.
Muh Rizal juga mengatakan, 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) adalah periode emas dan kritis. Disebut emas jika 1000 hari ibu diintervensi dan mengkonsumsi gizi seimbang, maka proses pertumbuhan akan normal. Tapi jika 1000 HPK, ibu mengkonsumsi bahan gizi yang tidak seimbang, maka akan ada gangguan atau hambatan. 

“Startegi BKKBN adalah bagaimana mencegah lahirnya bayi stunting baru. 200 ribu Tim Pendamping Keluarga yang dibentuk BKKBN, untuk memantau keluarga beresiko stunting. Selain itu dipantau juga calon pengantin, ibu hamil dan ibu menyusui. Kita edukasi dan memantau calon pengantin dan sisi usia. Dan bagi ibu hamil, dipantau perkembangan berat badannya setiap bulan. Sementara untuk ibu menyusui, dipastikan akan mempraktekkan asi ekslusif. Karena asi merupakan makanan pertama dan satu-satunya makanan yang cocok untuk bayi,” paparnya.

Lanjut ditambahkannya, berbicara stunting jika dikaitkan kurang gizi, tidak berarti hanya persoalan kebutuhan pangan dan kesehatan saja. Tetapi banyak faktor yang meliputi kejadian stunting. Dikenal dengan faktor sensitif dan faktor spesifik. Air bersih menjadi salah satu persoalan. Masih banyak masyarakat dari 34 provinsi belum bisa mengakses air bersih. “Dibutuhkan konvergensi lintas sektor dan antisipasi berbagai pihak dalam upaya mempercepat penurunan stunting di Indonesia,” ujarnya.

Senada dengan deputi, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sulsel, Andi Rita Mariani menyebut, pengukuhan BAAS, menjadi bagian dari aksi run fasting penurunan stunting. “Angka stunting di Sulsel masih berada di atas angka nasional, yaitu sebesar 27,4 persen. “Kabupaten dengan kasus stunting tertinggi ada di Kabupaten Jeneponto dengan angka 37,9 persen. Sedangkan Kota Makassar menjadi kabupaten terendah angka stuntingnya dari 24 kabupaten/kota di Sulsel dengan angka 14,8 persen,” ungkapnya.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *