INFOKINI.ID, SIDRAP – FPM Polling merilis survei polling calon pemimpin yang diinginkan masyarakat Sidrap di 2024. Hasilnya, Wakil Ketua Umum Kebugis yang juga perwira tinggi AU, Marsekal Pertama TNI Andi Sutomo berada di urutan teratas dengan raihan 37,77%.
Lalu disusul Ketua Umum Kerukunan Keluarga Bugis Sidenreng Rappang (Kebugis), Mashur bin Moh Alias dengan 28,19%. Di posisi tiga ada Bahar Yahya dengan raihan 11,17%.
Yang mengejutkan, calon bupati petahana, Dollah Mando hanya meraih 1,06%. Sementara sejumlah tokoh tokoh Sidrap yang sempat mencuat pada pilkada lalu, justru tak terbaca di survei polling kali ini.
Dalam urutan 10 besar juga ada nama
Wakil Ketua DPRD Sulsel dari Partai Nasdem, Syaharuddin Alrif (7,45%). Di bawahnya menyusul Wakil Bupati Sidrap Mahmud Yusuf (5.32%).
Sosiolog Fatimah Halim menyatakan, ia mengikuti dinamika politik do Sidrap. Menurutnya, belum ada figur yang benar benar menguat saat ini.
Peta politik masih sangat dinamis. Namun kata Fatimah, yang perlu dicermati, bahwa saat ini muncul banyak tokoh tokoh baru potensial untuk memimpin Sidrap.
“Munculnya banyak tokoh tokoh baru menunjukkan bahwa kita tidak krisis kepemimpinan. Banyak tokoh potensial yang muncul. Dan ini harus dimaknai sebagai iklim politik yang sehat,” ujarnya.
Hanya saja, bagi Fatimah, pemimpin Sidrap ke depan butuh banyak terobosan. Terutama dalam membangun kembali pranata sosial yang buram akibat banyaknya fenomena kejahatan di masyarakat.
Sementara itu, analis politik yang juga pendiri Rumah Demokrasi, Juanda H Alim mengatakan, munculnya nama Andi Sutomo di survei polling menunjukkan adanya perubahan selera publik dalam memilih pemimpin. Publik semakin tertarik pada reputasi positif seseorang karena track record ketimbang sekadar dibangun lewat pencitraan.
“Orang tahu kan bagaimana reputasi Andi Sutomo sebagai perwira TNI. Meski tak pernah mengabdi di Sidrap tetapi rekam jejaknya sudah dikenal. Artinya masyarakat ingin pemimpin mereka ke depan benar benar punya rekam jejak mumpuni,” jelasnya.
Hanya saja, pendatang baru seperti Sutomo butuh kerja keras. Sebab pada grass root, reputasinya belum dikenal luas.
“Ini jadi PR berat bagi dia di pilkada,” ujarnya.
Juanda melihat, petahana bukan lagi jaminan bisa meraup suara besar. Sebab masyarakat mulai bergeser dalam selera memilih.
“Masyarakat lebih melihat capaian kinerja. Bukan lagi pada citra citra yang bangun lewat narasi. Ini sinyal bagus bagi kemajuan demokrasi yang sehat,” imbuhnya.
















