INFOKINI.ID, GOWA– Beragam koleksi benda pusaka dan bersejarah dari Kerajaan Gowa, menjadikan Museum Balla Lompoa sebagai destinasi wisata yang ada di Kabupaten Gowa. Bahkan museum ini, menjadi salah satu pusat wisata edukasi di Sulawesi Selatan. Ratusan koleksi yang ada di dalamnya, menceritakan sejarah kebesaran Kerajaan dan kebudayaan Gowa.
Tak hanya koleksi asli, berupa benda pusaka, senjata dan pakaian para keluarga kerajaan, di museum ini juga tersimpan benda replikasi dan pendukung dari benda yang digunakan zaman kerajaan.
Kepala Bidang Kebudayaan Disparbud Gowa Ikbal Thiro menyebutkan, dalam Museum Balla Lompoa terdapat 465 koleksi pusaka peninggalan Tumanurung Bainea dan raja-raja Gowa dari masa ke masa. Pemeliharaan koleksi benda-benda kerajaan ini pun dijamin penuh oleh Pemerintah Kabupaten Gowa, melalui Bidang Kebudayaan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gowa sebagai penanggungjawab museum.
“Koleksi museum yang kami rawat hingga saat ini terdiri dari berbagai macam bentuk. Mulai dari logam, kertas, foto-foto kondisi kerajaan, foto-foto raja-raja, dan lainnya,” terangnya, saat dikonfirmasi terkait museum dan benda yang tersimpan di dalamnya.
Ikbal menjelaskan, dalam koleksi yang dipelihara tersebut ada yang namanya koleksi utama yakni Salokoa. Salokoa ini adalah mahkota yang terbuat dari bahan emas murni dan beberapa butiran permata berhias. Salokoa merupakan peninggalan Karaeng Tumanurung Baineya sebagai Raja Gowa I pada awal abad 14.
“Koleksi Salokoa yang asli kita simpan di kamar khusus, ini tidak bisa dilihat. Makanya kita buat replikasinya untuk di pajang agar bisa dilihat pengunjung yang datang ke museum. Salokoa atau mahkota raja ini kita bersihkan dan buka setiap setahun sekali dalam prosesi Accera Kalompoang,” terangnya.
Koleksi lainnya seperti Lasippo, ini adalah senjata tradisional berbentuk parang yang terbuat dari besi bertuah dan dinamai Lauputtuli. Lauputtuli ini dipergunakan raja sebagai pertanda untuk mendatangi suatu tempat atau daerah yang akan dikunjungi.
Koleksi lainnya, Gelang Ponto Janga-Jangaya. Gelang ini berbentuk naga melingkar sebanyak empat buah yang berkepala satu, dinamai Mallipuang dan yang berkepala dua dinamai Tanipattuang.
Kemudian, pada koleksi utama, terdapat koleksi pendukung. Koleksi ini terdiri dari mata uang kuno yang terbuat dari perak dan perunggu, alat-alat musik tradisional, foto-foto yang pernah berkuasa, silsilah Kerajaan Gowa, hingga tulisan tangan Al Qu’ran.
“Pemeliharaan koleksi yang ada dalam museum tentunya terus kita perhatikan. Tujuannya agar keberadaan museum dapat terus menjadi destinasi wisata sejarah dan budaya Kabupaten Gowa untuk diketahui anak-anak kita nantinya,” jelas Ikbal.
Lanjutnya, dalam pemeliharaan koleksi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengucurkan bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK) non fisik, setiap tahunnya.
Dari anggaran ini, dilakukan beberapa item kegiatan. Salah satunya kegiatan pemeliharaan koleksi yang ada dalam museum.
Ia mengungkapkan, pemeliharaan koleksi tersebut dilakukan setiap tahun, dengan melihat jenis koleksi itu sendiri. Misalnya, Salokoa yang terbuat dari emas murni itu dipelihara dengan disepuh agar tetap menjaga warna dan keindahannya.
Kemudian koleksi tembaga perak, perunggu dan sebagainya dalam bentuk uang koin dan besi-besi dalam bentuk senjata tajam itu dipelihara melalui konservasi bahan logam.
“Proses pemeliharaannya ini kita berdayakan dengan bekerjasama tim Ahli Badan Pelestarian Cagar Budaya Makassar. Tapi kadang juga kami mengambil tim ahli dari arkeolog Unhas, itu kita lakukan pemeliharaan rutin setiap tahunnya,” jelas Ikbal.
Termasuk pemeliharaan lemari tempat koleksi dipajang, di mana setiap tahunnya perawatan dilakukan dengan mengecatnya. Bahkan pemeliharaan ini bukan hanya memperhatikan koleksi yang ada, tetapi juga badan atau rumah museum.
“Pemeliharaannya memang kita lakukan secara menyeluruh agar terawat dan teratur. Seluruh koleksi bisa dilihat pengunjung yang mendatangi museum. Kecuali Salokoa yang asli, makanya kita menyiasatinya dengan membuat duplikatnya. Karena memang itu hanya dibuka setahun sekali,” terangnya.
Ke depan pihaknya berharap agar koleksi yang ada di Museum Balla Lompoa bisa bertambah. Sebab hingga saat ini dinilai nyaris tidak ada penambahan koleksi, sementara salah satu fungsi museum adalah wadah edukasi sejarah dan budaya.
“Kami hanya berharap jika ada pihak-pihak yang merasa memiliki koleksi atau apapun itu yang mengandung makna arti penting dalam sejarah Gowa, semoga bisa diserahkan secara hibah atau memberikan kami izin membuat replikanya. Sehingga ada bahan edukasi bagi generasi muda dalam mengenal sejarah dan budayanya, apapun bentuknya,” tegas Ikbal.(*)
















