Hari Pencoblosan Makin Dekat, Waspada Potensi Pelanggaran dan Gesekan

Pengamat Politik Unhas, Andi Lukman Irwan. (Ist)

INFOKINI.ID, MAKASSAR – Potensi pelanggaran jelang hari pencoblosan di Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota (Pilwalkot) Kota Makassar semakin besar.

Hal ini dikatakan pengamat politik Unhas Andi Lukman Irwan saat dihubungi, Kamis (19/11/20).

Menurutnya, semakin mendekati proses pencoblosan, paslon memiliki survei kekuatan elektoral berdasarkan basis wilayah.

“Biasanya, paslon akan memanfaatkan segala cara untuk meningkatkan elektabilitas di luar basis mereka. Kadang memicu terjadinya pelanggaran dan gesekan,” katanya.

Menurut Lukman, tahapan kampanye yang kian mepet akan dimanfaatkan paslon mengkampanyekan program, apa yang menjadi visi misinya pun semakin sedikit.

“Ini yang kadang memicu potensi pelanggaran akan terbuka. Ini perlu diwaspadai,” terangnya.

Selain itu, kata Lukman, pelanggaran netralitas ASN menjadi potensi kecurangan yang kerap muncul.

“Apalagi elit birokrasi berafiliasi memberi gerbong para paslon tertentu. Maka semakin mendekati hari H, ada potensi terjadi mobilisasi secara terstruktur,” ucapanya.

Menurut Lukman, potensi kecurangan penyelenggara kerap terjadi, apalagi proses rekrutmen pengawas PPS atau KPPS itu sudah dilakukan KPU dan Bawaslu.

“Ini yang kadang menjadi area pendekatan paslon untuk mempengaruhi untuk berpusat pada paslon tertentu,” sambungnya.

Sehingga, dengan sejumlah potensi kecurangan tersebut, maka intensitas pengawasan harus semakin masif dilakukan oleh penyelenggara.

Lukman juga menjelaskan bahwa untuk saat ini menjaga elektabilitas akan menjadi kunci kesuksesan paslon.

Menjelang pencoblosan para kandidat masing-masing memiliki wilayah elektoralnya. Tinggal, bagaimana menjaga basis wilayah pendukung mereka.

Lalu, swing voters atau pemilih yang belum menentukan pilihan harus dimanfaatkan semaksimal mungkin dengan sisa waktu yang ada, agar tidak jatuh ke paslon lainnya.

“Sambil berupaya meningkatkan elektabilitas di luar basis peta suara mereka, dengan pendekatan mencerdaskan. Seperti program, di debat kedua dan ketiga masih ada. Ini jadi momentum tampil secara istimewa dan sempurna di atas panggung. Supaya basis yang di luar bisa menjadi kelompok terpengaruh,” jelasnya. (Nurhidaya)

Editor: Nurhidaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *