Pandemi Covid, RSUD Syekh Yusuf Lakukan Screening Berlapis dan Siapkan Covid Covid Center

RSUD Syekh Yusuf

Pandemi Covid-19 yang melanda sejak awal Maret 2020 lalu, memaksa terjadinya berbagai perubahan. Baik dari sisi kehidupan bermasyrakat hingga pelayanan dari birokrasi pemerintahan. Termasuk dari sisi prosedur dan standar layanan kesehatan di sejumlah pusat pelayanan kesehatan. Tak terkecuali di Rumah Sakit umum Daerah (RSUD) Syekh Yusuf Kabupaten Gowa. Selama pandemi Covid melanda, rumah sakit type B ini menerapkan standar dan prosedur penanganan pasien yang cukup ketat. Di bawah kepemimpinan Plt Direktur RSUD Syekh Yusuf, dr Hasanuddin, penerapan standar pelayanan, dilakukan sistem screening berlapis dan menghadirkan Covid Center. Ini diakui Plt Direktur RSUD Syekh Yusuf, dr Hasanuddin, menjadi bentuk pelayanan baku, sesuai pedoman pelayanan yang dipersyaratkan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, khususnya di masa awal pandemi hadir. Terlebih saat Kabupaten Gowa ditetapkan sebagai daerah transmisi lokal/zona merah. Yang artinya, cukup demam ataupun batuk, pasien bisa diduga covid.

Pelayanan

Screening berlapis dilakukan pada pasien yang datang dengan gejala, demam, batuk, nyeri tenggorokan, sesak nafas, sakit saat menelan, bahkan kesadaran menurun. Petugas medispun juga tak mengabaikan riwayat perjalanan keluar daerah. Jika gejalanya kuat ke arah Covid-19, maka screening selanjutnya berupa pemeriksaan laboratorium lengkap dengan rontgen dada. Seiring ketersediaan fasilitas, maka saat ini, screening langsung dilakukan melalui swab test. Hal ini ini memastikan standar dan prosesur pelayanan bagi pasien, terutama jika memang positif terinfeksi Covid-19.

Kepala Seksi Pelayanan Medik RSUD Syekh Yusuf, dr Suryadi mengungkapkan bahwa memastikan positif atau tidaknya terinfeksi covid bagi pasien yang datang ke RSUD menjadi hal yang sangat penting. Tak hanya bagi sang pasien, tetapi juga bagi tenaga medis. Karena pelayanan berbeda tentu akan dilakukan pada pasien yang positif terinfeksi. “Dengan screening berlapis ini dengan swab ini, kita bisa memastikan prosedur pelayanan seperti apa yang akan kita lakukan terhadap pasien. Karena tidak semua pasien yang datang dengan gejala klinis tersebut adalah Covid-19. Sehingga kepastian dari standar dan prosedur pelayanan kita berikan,” jelas Suryadi.  

Petugas Covid Center RSUD Syekh Yusuf

Selain screening berlapis, dr Suryadi juga memaparkan bahwa fasilitas lain yang disiaplkan terkait pendemi Covid adalah Covid Center yang buka selama 24 jam. Di fasilitas, kesiapan tenaga kesehatan terdiri dari dokter, perawat, tenaga surveylence, dan supir hadir selama 24 jam. Termasuk juga adanya fasilitas di ICU, mengantisipasi Covid yang ruangannya tidak bercampur dengan pasien lain. “Jika berdasarkan surat edaran Gubernur Sulsel, terkait alur pelayanan Covid di Sulsel, kita ditetapkan sebagai rumah sakit penyangga dan bukan rujukan. Jadi ketika ada pasien terkonfirmasi positif, maka kita harus memberikan rujukan ke rs rujukan yang sudah ditunjuk. Sedangkan bagi yang tidak bergejala, kita kirim ke hotel wisata covid, sesuai program Gubernur Sulsel,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa salah satu kendala, adalah pelayanan yang harus diberikan saat hasil swab belum keluar. Sehingga petugas harus mengantisipasinya dengan menempatkan pasien pada ruangan khusus, hingga hasil swab keluar. 

Papan bicara

dr Suryadi juga mengatakan, bahwa di RSUD Syekh Yusuf ada 11 ruangan khusus. Ruangan yang ada di Covid Center ini, menjadi ruangan yang disiapkan sebagai penapisan, tentang perlu atau tidaknya dilakukan pemeriksaan lanjut dan indikasinya kuat untuk perlu rujukan. “Kita lakukan upaya ini, karena merujuk bahwa kita adalah rumah sakit penyanggah. Bukan RSUD rujukan. Karena untuk memberikan rujukan itu, tidak selancar yang kita bayangkan. Sejumlah kendalanya, diantaranya, hasil tes yang harus ditunggu beberapa lama untuk mendapatkan hasil pemeriksaan. Pasien membutuhkan pelayanan, sementara kita tidak bisa merujuk jika belum ada hasil yang menyatakan pasien ini positif atau tidak. Sehingga mau tidak mau, kita siapkan ruang perawatan. Berdasarkan kendala itu, kita coba sentralkan dan menyiapkan ruangan khusus untuk menunggu hasil. Fasilitas itu berkapasitas 11 ruangan. Covid center melakukan penapisan, tentang perlu atau tidaknya dilakukan pemeriksaan lanjut dan indikasinya kuat untuk perlu rujukan,” jelasnya. 

Pelayanan di Covid Center RSUD Syekh Yusuf

Dr Suryadi juga menjelaskan bahwa salah satu kendala yang dihadapi adalah perhatian dari masyarakat, khususnya ibu yang akan melahirkan. Di posisi akan bersalin, tentu pelayanan akan berbeda. Karena tentu tidak bisa menunggu hasil. Padahal prosedur semua pemeriksaan harus sesuai standar covid. Oleh sebab itu, terkadang pelayanan mengacu pada hasil penapisan dari bagian covid center. Jika kuat dugaan dari gejala yang ada, maka persalinan dilayani sesuai standar covid. “Karena tidak ada rs yang mau menerima jika tidak ada konfirmasi rujukan, sementara rujukan hanya bisa diberikan saat hasil lab sudah ada. Dan kasus persalinan, ada beberapa yang memang positif covid. Oleh sebab itu, ibu hamil harus melakukan pemeriksaan minimal seminggu sebelum melahirkan. Ini untuk menjaga kemungkinan ini. Agar begitu akan melahirkan, sudah jelas standar pelayanan, karena sudah ada hasil. Karena untuk kasus persalinan, beberapa tenaga medis tertular. Jadi mari sama-sama saling menjaga diri, terlebih saat ini jumlah Orang Tanpa Gejala (OTG) sangat banyak,” jabarnya.

RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa

Tentang kewaspadaan, Wadir Medik dan Keperawatan, dr Magdalena Maya Khubani berharap, semua pihak saling menjaga diri masing-masing. “Pasien beserta keluarganya yang datang ke rumah sakit, hendaknya bisa menjaga diri masing-masing. Patuhi standar pencegahan Covid-19, dengan tetap menggunakan masker, menjaga diri dan jarak, serta sering mencuci tangan. Demikian juga dengan petugas medis, lakukan pelayanan secara baik dengan tetap mengacu pada protokol kesehatan. Agar semua bisa terhindar dari virus, khususnya Covid-19. Karena rumah sakit, adalah tempat yang rawan terhadap penularan,” himbau dr Magdalena.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *