INFOKINI.ID, GOWA– Tingginya jumlah kasus pernikahan usia anak di Kabupaten Gowa, setahun terakhir membuat Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) membentuk program Sikola Amma Bapak. Peningkatan kasus pernikahan meningkat sangat signifikan saat pandemi covid melanda sejak tahun 2020.
Program ini menurut Kadis PPPA Kabupaten Gowa, Kawaidah Alham, merupakan program sosialisasi dan edukasi bagi para orang tua tentang dampak negatif menikahkan anaknya di usia anak. Dinas PPPA mencatat, tahun 2020 angka pernikahan usia anak bahkan mencapai 88 kasus, dari tahun sebelumnya yang rata-rata hanya berada pada angka maksimal 10 kasus.
“Kalau untuk masalah pernikahan usia anak, tergantung pada pola pikir para orang tua. Karena tak sedikit anak yang harus dan memang dinikahkan oleh orang tuanya, karena minimnya pengetahuan tentang dampak negatif dari pernikahan usia anak. Mereka berpendapat, setelah menikahkan anaknya, maka masalah tertentu dapat diselesaikan. Seperti pola pergaulan. Apalagi budaya siri’ juga mewarnai adat dan budaya masyarakat kita,” jelas Kawaidah, Senin (12/4/2021).
Sehingga dengan program Sikola Amma Bapak ini menurutnya, bisa mengedukasi para orang tua rentang dampak negatif pernikahan usia anak, baik bagi masa depan maupun dari sisi kesehatan anak.
“Program Sikola Amma Bapak ini, telah kita lakukan. Dan tahun lalu telah kita laksnakan dengan 15 orang tua di Kecamatan Somba Opu. Rencana tahun ini akan kita laksanakan di Kecamatan Barombong. Kita sasar dulu daerah yang memiliki angka kasus cukup tinggi dan padat penduduknya,” tandas Kawaidah.
Ditambahkan Kawaidah, peningkatan angka pernikahan ini, salah satunya dipengaruhi oleh berbagai hal. Diantaranya karena remaja tak lagi bersekolah tatap muka selama pandemi Covid dan pengaruh internet. Sehingga para remaja cenderung aktif menggunakan media sosial dan internet karena alasan daring. Selain itu, karena orang tua merasa kewalahan menjaga anaknya.
“Alasan orang tua yang menikahkan anaknya di usia anak cukup beragam. Diantaranya susah kewalahan dengan pergaulan anaknya. Terlebih saat tak bersekolah tatap muka. Para remaja menjadi sangat intensif menggunakan internet,” papar Kawaidah.
Dijelaskannya juga, tak hanya Sikola Amma Bapak, Dinas PPPA juga menyusun sejumlah program untuk penanganan masalah anak. Diantaranya menghadirkan Duta Anak sebagai upaya preventif. “Dengan duta anak ini, kita berharap mereka berkreasi dalam mengedukasi dan mensosialisasikan masalah-masalah anak. Dengan cara-cara mereka. Kehadiran Duta Anak ini akan menjadi mitra dan membantu pemerintah dalam meminimalisir masalah anak. Karena kita harapkan anak-anak dan Duta Anak ini dapat memfungsikan diri sebagai pelapor dan pelopor,” jelasnya.(*)
















