INFOKINI.ID, MAKASSAR– Ratusan petani yang tergabung pada 11 Kelompok Tani (Poktan) di Kelurahan Tamangapa, Kecamatan Manggala, Kita Makassar menjerit. Pasalnya setelah sistem kupon yang dibagikan untuk mendapatkan bbm bersubsidi untuk alat pertanian yang digunakan dihapuskan, ratusan petani tak lagi merasakan bbm bersubsidi itu. Sehingga hampir dua tahun belakangan ini, bbm solar yang digunakan pada sejumlah alat pertanian menggunakan solar non subsidi. Sehingga, untuk menekan besarnya biaya, para petani terpaksa menyiasatinya dengan membeli solar pada pihak lain yang menjualnya dengan harga Rp10.000/liter.

Menanggapi keluhan para petani, Lurah Tamangapa, Pesawatro mengungkapkan keprihatiananya terhadap kendala yang dihadapi ratusan petani di wilayahnya. Menurutnya, apa yang dialami petani merupakan jalan buntu. “Tak ada jalan. Karena selain ke Pertamina, petani juga sudah mengadu ke DPRD. Padahal di Tamangapa ini, potensi lahan di sektor pertanian sangat besar, yaitu 300 hektar, meskipun yang aktif untuk sementara hanya 200 hektar lebih. Kalau dari pihak kami, hingga saat ini kendala itu yang menjadi prioritas bahan diskusi bersama tripilar, bagaimana bisa membantu petani di wilayah untuk mendapatkan bbm bersubsidi. Kami dalam posisi mencari jalan terbaik agar permasalahan yang masih terus dikeluhkan petani bisa segera teratasi. Masalah ini sudah pernah disampaikan ke Pertamina, tetapi mungkin masih ada regulasi lain yang belum terpenuhi. Inilah yang akan kami cari solusinya. Karena dari pihak Pertamina menyerahkan kembali ke dinas yang terkait,” ujar Pesawatro, Selasa (29/4/2025).

Kendala bbm subsidi yang tak kunjung ada diakui salah seorang petani, sekaligus Ketua Poktan Batu Kandawari, Sudirman Dg Siama. “Tak pernah lagi dapat solar bersubsidi setelah tidak menggunakan kupon. Sekarang harus barcode untuk bisa dapat solar bersubsidi. Upaya untuk mendapatkannya sudah dengan berbagai cara, termasuk meminta arahan dari Pertamina, mengadu ke DPRD Makassar dan juga berkoordinasi ke Dinas Perikanan dan Pertanian. Semua tak ada hasil. Sementara di kecamatan lain, petani bisa dapat solar bersubsidi. Sementara kami, tidak tahu kendalanya dimana, karena kami juga sudah coba daftar tapi tidak bisa,” jelas Sudirman.
Hal yang sama juga diungkapkan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Mansyur. Menurutnya, satu Poktan beragam kebutuhan bbmnya. “Total lahan pertanian di Kelurahan Tamangapa ini ada 300 hektar lebih. Tapi hanya 200 hektar yang diberdayakan sebagai sawah. Selebihnya tidak diberdayakan lagi karena selalu menjadi langganan banjir. Setiap hektar yang ditanami padi bisa menghasilkan sedikitnya 6,8 ton di setiap panennya. Tentu ini bisa meningkatkan pendapatan masyarakat, khususnya para petani. Itu akan bisa maksimal dirasakan petani jika didukung oleh bbm bersubsidi. Setiap Poktan berbeda kebutuhan bbmnya. Ada yang 6.495 liter lebih per enam bulan. Semua tergantung dari banyaknya alat pertanian yang digunakan. Tentu jika menggunakan BBM bersubsidi petani akan sangat terbantu dan jumlah pendapatan saat panen bisa lebih maksimal,” beber Mansyur, yang menyebutkan bahwa pihaknya juga telah menyampaikan kendala ini ke Pertamina.
Kelurahan Tamangapa, merupakan kelurahan yang memiliki potensi di sektor pertanian cukup besar, mencapai 6,8 ton perhektar. Hasil ini, menjadi salah satu yang berkontribusi dalam program swasembada dan ketahanan pangan. Ratusan petani tergabung dalam 11 poktan, anggota mengelola 212 hektar lahan pertanian yang ada di wilayah Kelurahan Tamangapa.(*)
















