Dari Bina Pasukan Tempur ke Bina Wilayah dan Masyarakat, Letkol Inf Prasetyo: Saya Harus Segera Men-switch Mindset

Dandim 1409/Gowa, Letkol Infanteri Prasetyo Ari Wibowo, S.Sos, M.I.Pol.(Foto:ist)

INFOKINI.ID, GOWA– Diamanahkan sebagai Komandan Kodim 1409/Gowa sejak 2 Juli 2021 lalu, menjadi tugas yang menantang bagi Letkol Infanteri Prasetyo Ari Wibowo, S.Sos, M.I.Pol. Bagaimana tidak, sebelum menjabat komandan satuan kewilayahan di Kabupaten Gowa, lulusan AKABRI tahun 2001 ini menjabat Komandan Batalyon Infanteri 726/TML. Salah satu Batalyon satuan tempur yang memfokuskan pada pembinaan satuan dan kemampuan tempur prajurit dalam berbagai tugas operasi, baik di perbatasan maupun di daerah rawan hingga ke luar negeri.

Mengubah mindset dari komandan batalyon tempur menjadi komandan satuan kewilayahan, menjadi tantangannya. Diakui alumni S2 Ilmu Politik Universitas Padjajaran ini bahwa amanahnya selaku Dandim 1409 Gowa jauh berbeda dari yang sebelumnya.

“Membina wilayah dan masyarakat, tentu harus banyak mengedepankan sisi humanis, persuasif, dan dituntut harus lebih komunikatif. Itulah yang harus dilakukan. Tentu tantangannya adalah dengan dinamika tugas yang berbeda, beralih dari satuan tempur ke satuan kewilayahan. Yang harus saya lakukan adalah segera men-switch mindset saya sebagai komandan satuan kewilayahan. Jangan sampai jiwa militer di pasukan, saya bawa di kewilayahan sehingga itu tak akan nyambung. Ini tantangan saya di awal peralihan jabatan ini,” papar perwira lulusan Sesko AD tahun 2015 silam ini.

Dandim 1409/Gowa, Letkol Infanteri Prasetyo Ari Wibowo, S.Sos, M.I.Pol dan Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Cabang Dim 1409/Gowa, Ny Nuni Prasetyo Ari Wibowo.(Foto:ist)

Letkol Inf Prasetyo juga mengatakan bahwa perbedaan antara dua amanahnya ini terletak pada objeknya. “Perbedaannya ada pada objeknya. Kalau di batalyon objeknya adalah anggota, sementara di kodim adalah wilayah dan masyarakat. Batalyon Infanteri adalah satuan tempur, sehingga pembinaannya lebih kepada pembinaan satuan dalam rangka meningkatkan kemampuan tempur para prajurit. Targetnya adalah mempersiapkan pasukan untuk selalu siap mendukung tugas operasi kapanpun digerakkan, baik untuk pengamanan di perbatasan hingga ke luar negeri. Jadi di batalyon lebih kepada kegiatan latihan, latihan dan latihan, sedangkan di kodim, ini adalah satuan kewilayahan. Membina personil dalam satuan kodim, lebih kepada membina wilayah dan masyarakat,” jelas perwira yang memiliki pengalaman tugas GPOI PKOCC tahun 2018 di Bangladesh dan Satgas Yonmek XXIII-N/UNIFIL tahun 2019-2020 di Lebanon ini.

Tentang peran dan keberhasilan satuan kewilayahan dalam menjalankan fungsinya, Dandim mengakui bahwa peran Bintara Pembina Desa (Babinsa) adalah sebagai ujung tombak kodim. Seperti saat pandemi Covid-19 ini, ditegaskannya, Babinsa memiliki peran penting dalam membantu melaksanakan tugas dan perintah komando atas serta mendukung program pemerintah daerah. Edukasi dan sosialisasi bersama aparat kewilayahan lainnya, menjadi tupoksi Babinsa di lapangan.

“Ujung tombak Kodim adalah para Babinsa. Babinsalah yang menjadi tumpuan Kodim untuk bisa berkomunikasi dengan masyarakat. Sehingga kami sangat menekankan, agar para babinsa bisa mengedukasi, mengajak dan mengingatkan masyarakat untuk selalu mematuhi tata tertib dan aturan dari PPKM, seperti menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan, dan menghindari kerumunan. Itu yang kita lakukan di lapangan. Kita harapkan masyarakat bisa mengetahui tentang program pemerintah, termasuk aturan yang dicantumkan dalam surat edaran perpanjangan PPKM skala Mikro ini,” ujarnya.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *