Korban Kekerasan Anak di Gowa Diselamatkan Personel TNI, Begini Penjelasan Dandim

Seorang anak di Gowa harus menjalani perawatan di rumah sakit karena menjadi korban penganiayaan keluarganya.

INFOKINI.ID, GOWA – Polisi masih terus mengusut kasus kekerasan terhadap anak berinisial AP (6) oleh orang tua dan keluarganya di Kabupaten Gowa. Dari empat orang yang diamankan, dua orang telah ditetapkan sebagai tersangka.

Penyelamatkan terhadap anak dari peristiwa penganiayaan itu berlangsung cukup dramatis. Dari video yang viral, di antaranya terlihat ada pria berseragam TNI.

Menanggapi video yang viral itu, Dandim 1409/Gowa Letkol Inf Prasetyo Ari Wibowo menjelaskan bahwa pihaknya telah mendapatkan laporan.

Dandim Gowa juga menekankan bahwa pria berseragam TNI yang ada di video tersebut bukan personel Kodim Gowa. Dan keberadaannya bukanlah bentuk pembiaran.

“Bukan pembiaran, tetapi dari laporan yang kami kumpulkan bahwa pria berseragam TNI tersebut dan babinsa kami yang mengamankan korban,” ujar Dandim, menanggapi kejadian yang terjadi di Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa itu.

Dandim juga menjelaskan, bahwa dengan kejadian ini pihaknya menekankan kepada seluruh Koramil untuk secara jeli dan lebih teliti dengan wilayahnya.

“Kami tekankan untuk mendata ormas dan kegiatan-kegjatan lain yang menonjol serta ada indikasi menyalahi ataupun menyimpang. Seperti metode pengobatan begini,” jelasnya.

“Kejadian ini juga sudah kami laporkan pimpinan atas,” tambahnya.

Hal senada juga dijelaskan Pasi Intel Kodim 1409/Gowa sekaligus Danramil Tinggimoncong, Kapten Inf Rudi Sitaba.

Kapten Rudi menyebut bahwa pria berseragam TNI yang ada di video itu memang personel TNI. Namun, kehadirannya bukan merupakan bagian dari kegiatan kekerasan yang terjadi. Karena personel yang kemudian disebut Kapten Rudi bernama Praka Firman dan bertugas di Makodam XIV Hasanuddin hadir di rumah korban untuk melayat kakak korban yang meninggal.

“Memang ada personel TNI di lokasi. Tetapi dari yang kami kumpulkan keterangan, bahwa Praka Firman yang bertugas di Kodam XIV Hasanuddin ada di lokasi untuk melayat keluarga yang juga kakak korban karena meninggal dunia,” jelas Kapten Rudi.

Saat itu, kata Kapten Rudi, Praka Firman kemudian bertanya tentang ritual yang disebut pengobatan oleh orang tua dan keluarga korban lainnya. Karena saat itu, juga ada keramaian di rumah korban.

“Saat melihat, prosesi dan darah yang keluar dari mata korban, Praka Firman justru melakukan perlawanan dan berteriak bahwa bukanlah pengobatan yang dilakukan. Tetapi penyiksaan terhadap korban. Mendengar ribut di rumah korban, babinsa dan perangkat desa yang kebetulan ada di lokasi rumah duka mendekat ke sumber keributan. Disitulah kemudian Praka Firman dan Babinsa desa setempat, yaitu Serda Murdani membawa korban untuk mendapatkan perawatan karena darah terus mengucur dari mata korban. Jadi bukan pembiaran,” ujarnya.

Menurutnya, video yang beredar itu video yang tidak utuh. “Karena kenyataannya dan dari saksi yang kami kumpulkan keterangannya, ada keributan atas peleraian antara orang tua dan keluarga korban yang meminta Praka Firman tak ikut campur dengan metode pengobatan yang mereka lakukan dengan perlawanan dari Praka Firman karena meyakini bahwa ada unsur penganiayaan kepada korban,” papar Kapten Inf Rudi Sitaba, saat dihubungi, Senin (6/9/2021).

Dari informasi, kekerasan yang dialami oleh AP, disebut orang tua dan beberapa keluarganya adalah sebagai bentuk usaha pengobatan atas Asmika yang sakit. Pihak keluarga meyakini bahwa AP sakit karena adanya gangguan dari jin.

Kekerasan yang dialami AP terjadi pada Sabtu (4/9/2021). Selang sehari setelah sang kakak yang berusia 25 tahun meninggal dunia yang juga karena sakit.

Respon (3)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *