Komisaris BSN Paparkan Tantangan Ekonomi Syariah di Indonesia

Komisaris Independen Bank Syariah Nasional (BSN), Arief Rosyid Hasan (Infokini/Aya)

INFOKINI.ID, MAKASSAR – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), merupakan bank hasil penggabungan tiga bank syariah BUMN yang dimarger dengan tenggat terlaksana 1 Februari 2021 yakni Bank BRI Syariah, PT Bank BNI Syariah, dan PT Bank Syariah Mandiri (BSM).

Komisaris Independen Bank Syariah Nasional (BSN) Arief Rosyid Hasan mengatakan gabungan tiga bank syariah BUMN ini akan menghasilkan total aset mencapai Rp 214,65 triliun, terdiri dari aset BSM Rp 114,40 triliun, BNI Syariah Rp 50,76 triliun, dan BRIS Rp 49,58 triliun.

Gabungan pembiayaan, kata Arief akan mencapai Rp 144,34 triliun, dan DPK gabungan mencapai Rp 186,42 triliun. Adapun laba Q2-2020 digabung mencapai Rp 1,10 triliun.

“Gabungan bank ini sudah sejak 2015 namun baru terealisasi di 2020 ketika kepemimpinan Erick Tohir,” ungkapnya di Cafe Habitus, Jalan Hertasning, Makassar, Senin (21/12/20).

Ia juga mengatakan gabungan bank syariah BUMN ini akan memiliki kemampuan untuk merambah perusahaan besar yang didukung oleh produk syariah baru yang mampu bersaing secara global dan menjanjikan bisnis baru.

Selain itu, Arief memaparkan tantangan ekonomi syariah di Indonesia. Ia mengatakan pemahaman masyarakat ihwal literasi syariah masih sangat minim. Hal itu berdampak pada tingkat nasabah bank syariah.

“Masyarakat yang ingin menabung dan melakukan transaksi di Bank Syariah baru mencapai 6,18 persen. Artinya cuma 6 orang dari 100 orang yang ada yang mau menabung di Bank Syariah. Ini jadi PR kita,” katanya.

Sementara, kata Arief, tingkat literasi masyarakat baru mencapai 8,39 persen dan inklusi keuangan Ekonomi Bank Syariah hanya 9,1 persen.

Sehingga, ia mengatakan Bank Syariah terbesar di Indonesia ini akan berdaya saing global dan memiliki potensi menjadi 10 bank syariah teratas secara global berdasarkan kapitalisasi pasar.

Bank syariah ini juga akan memiliki jaringan yang luas, didukung oleh lebih dari 1.200 cabang yang akan cukup untuk melayani permintaan pada tahun 2024.

“Pendapatan signifikan dan sinergi biaya ke depan yang akan memberikan hasil kontribusi positif bagi pertumbuhan Bank Hasil Penggabungan,” jelasnya.

Selain itu, Arief menegaskan akan terus mendukung Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) seperti yang sudah dilakukan selama ini.

Proyeksi dana yang akan disalurkan pun mencapai Rp 53,83 triliun.

Adapun persentase penyaluran bagi UMKM dari tiga bank syariah yang akan merger ini diproyeksikan akan mencapai 23 persen pada Desember 2021 dari total pembiayaan.

“Dukungan bagi UMKM tidak akan kendor, karena merekalah tulang punggung perekonomian nasional. Kalau anak muda di Bank Syariah ada 72,5 persen,” pungkasnya.

Penulis: Nurhidaya/C

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *