Gubernur Sebut “GulaNA Professor” Hasil UMKM Luwu Layak Diekspor

Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah bersama pimpinan Kelompok Tani Hutan (KTH) Sepakat Desa Kaladi, Kecamatan Suli Barat, Kabupaten Luwu, Asse S. ()

INFOKINI.ID, MAKASSAR – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan berharap agar produksi dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) semakin banyak, tentunya dengan kualitas yang juga semakin meningkat.

Selain itu, Pemprov juga mensupport dalam pembinaan UMKM, termasuk bantuan untuk pasca produksi, seperti pemasaran.

Salah satu produk UMKM di Sulsel adalah gula semut dengan merek GulaNA Professor, hasil produksi oleh Kelompok Tani Hutan (KTH) Sepakat Desa Kaladi, Kecamatan Suli Barat, Kabupaten Luwu, di bawah pimpinan Asse S.

Setelah melihat kemasan produk dan mencicipi gula semut yang ada, Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah menilai bahwa kualitasnya telah layak untuk dipasarkan lebih luas, bahkan diekspor.

“Saya suka sekali gula dan desain kemasannya. Pemilihan warnanya juga bagus. Saya senang sekali dengan produk UMKM,” kata Nurdin usai mencicipi di Rumah Jabatan (Rujab) Gubernur Sulsel, Kamis (24/12/2020).

Nurdin mengungkapkan, pemasaran gula ini juga akan dibantu, termasuk dukungan dari Dinas Perdagangan Sulsel. Ia menyarankan jika diproduksi lebih besar lagi, agar mutu kualitas tetap dijaga.

“Kelemahan kita, susah menjaga kualitas. Makanya harus standar, apalagi kalau mau dipasarkan keluar. Kalau mau di rest area, juga bisa dipasarkan,” terangnya.

Sementara itu, Kepala Desa Kaladi Darussalam, Sukardi menjelaskan, warga desanya telah lama memproduksi jenis gula ini. Hanya, memang masih dipasarkan secara terbatas. Terdapat 50 orang pembuat gula merah.

“Cuma tadi untuk gula semut masih susah dipasarkan. Untuk itu, kami menghadap Pak Gubernur bagaimana jalan keluarnya agar bisa dipasarkan. Produksinya per hari untuk 5 orang bisa 50 Kg. Kalau 10 orang bisa sampai 1 ton dalam 1 bulan,” jelas Sukardi.

Salah seorang pembuat gula, Hodding menururkan cara pembuatan gula semut. Menurut dia, yang pertama perlu diperhatikan adalah pemilihan bahan dasar berupa ballo (air pohon nira/lontar) dimasak.

Selanjutnya, dididihkan dan diaduk menjadi air gula sampai merah dan membeku. Setelah membeku, lalu dihaluskan, diayak menjadi gula semut, dan dijemur selama satu jam.

Pendamping Kehutanan LC – Perhutanan Sosial dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Ismail Ishak menyampaikan bahwa, sebagai pendamping kehutanan mencoba untuk membantu masyarakat, termasuk dalam produk UMKM berbahan alami dan pengembangannya.

Ia menjelaskan, untuk brand atau merek sendiri dengan nama GulaNa Professor, dipakai memiliki unsur kearifan lokal, bahwa nama “gulana” berasal dari bahasa Luwu.

Sedangkan penggunaan kata “professor” merujuk kepada Nurdin Abdullah, yang dianggap sebagai pimpinan daerah yang peduli pada UMKM.

Dalam pertemuan tersebut, gubernur menyarankan agar terdapat barcode pada kemasan produk.

“Tadi gubernur sampaikan terkait (bantuan) peralatan produksi gula ini. Kedua, masalah pemasaran termasuk peluang untuk diekspor. Baik itu tingkat lokal dan nasional. Karena dari kualitas kemasan dan gula sudah pas,” ujarnya.

Ismail menginginkan agar Pemprov juga membantu agar produk ini memiliki izin edar BPOM.

Olehnya itu, ia berharap produk UMKM ini disupport oleh Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Luwu. Sebab yang tidak kalah pentingnya, dengan adanya usaha seperti ini bisa membuat masyarakat melakukan rehabilitasi kerusakan hutan.

“Jujur di Kaladi ini, itu hutannya, seperti yang disampaikan oleh Pak Gubernur, hutan sudah banyak yang hilang. Dengan adanya usaha ini, mereka akan melakukan budidaya aren dan melakukan penanaman agar hutan tetap lestari,” harapnya.

Penulis: Muh. Saddam/B

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *